KETEGUHAN (THABAT) DALAM MEMPERJUANGKAN ISLAM
Sumbangan: Al-Akh 'Azizan
Pertarungan antara pendukung kebatilan dengan kebenaran tak kenal kata
istirahat. Pertarungan ini merangkumi pertarungan fizikal, pertarungan
ideologi dan pertarungan maklumat. Setiap Muslim yang sedar atau tidak,
pasti terlibat pertarungan panjang tak berujung ini.Salah satu sifat
yang harus dimiliki "jundi" (prajurit) Muslim sebagai bekal dalam mener
juni pertarungan ini adalah "ath-thabat"(keteguhan artau ketegaran).
Firman Allah Ta'ala: "Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian
memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kalian dan berdzikirlah
kepada Allah sebanyak-banyaknya, agar kalian berbahagia." (Q.S. Al Anfal:45).
Berdasarkan ayat di atas, "tsabat" memiliki posisi amat penting dalam
daftar perbekalan yang harus dimiliki oleh orang yang sedang berjuang untuk memerdekakan umat manusia. Oleh karena itu bagi seorang "jundi", "thabat" merupakan sifat "harakiyah" yang apabila ia kehilangan sifat tersebut, secara otomatis "kejundiannya" tercabut dari dirinya.
Sejarah mencatat, bagaimana perjuangan Islam yang gagal akibat adanya
orang-orang yuang terlibat dalam perjuangan kehilangan sifat "thabat".
Kekalahan (kalau kata ini tepat) yang dialami kaum Muslimin dalam Perang
Uhud pun terjadi akibat adanya beberapa anggota pasukan pemanah yang tidak thabat karena melihat "ghanimah" yang ditinggalkan
musuh. Tak dapat
dimungkiri, untuk menanggalkan, menghadapi serta membalas serangan
jahiliyah yang bertopengkan berbagai kekuatan, umat Islam wajib memiliki
kekuatan yang memadai dan seimbang dengan yang dimiliki oleh musuh-musuh Islam. Propaganda dan semangat semata-mata,tidak mungkin dapat
menghancurkan benteng jahiliyah yang didukung kekuatan-kekuatan material,
kewangan, ketenteraan, politik disamping kekuatan propaganda dan informasi.
Umat Islam wajib memiliki kekuatan tarbiyyah dan da'wah, sebagaimana
ia wajib memiliki kekuatan ekonomi, politik dan ketenteraan. Namun apalah artinya semua kekuatan itu tanpa adanya fikrah dan ketahanan serta keteguhan hati yang
jitu. Segala faktor kekuatan luaran itu akan menjadi tak berarti sekiranya
tidak didahului dengan adanya kekuatan dalaman, berupa sikap dan sifat yang
positif, diantaranya adalah "tsabat".
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN WUJUDNYA KETEGUHAN DALAM PERJUANGAN ISLAM
Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk menumbuhkan, mempertahankan atau meningkatkan sifat "thabat" ketika terjun di belantara da'wah, tarbiyah dan jihad.
Di antaranya:
1. MENDAMPINGI AL-QURAN
Al-Qur'an Al-Karim adalah sumber utama bagi menumbuhkan dan meningkatkan
"tsabat", dalam jiwa seorang Muslim. Sebab Al-Qur'an merupakan tali penghubung
yang amat kokoh antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Allah Ta'ala telah menegaskan bahwa Al-Qur'an mampu meneguhkan hati orang-orang yang mengimaninya.
Firman-Nya:
"Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Rabb-mu dengan
benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)." (Q.S. An Nahl 102).
Ada beberapa hal yang menjadikan Al-Qur'an sumber "tsabat":
Pertama, Al-Quran menanamkan keimanan dan mempertautkan hati seorang
Muslim dengan Allah Ta'ala. Membaca dan mendengar ayat Al-Qur'an dengan penuh
tadabbur dan penghayatan, mampu menghadirkan perasaan sedang berhadapan dengan
Allah menerima segala pesan, nasihat, perintah, dan larangan-Nya. Hal ini akan
menjadi bekal ketika ia mengarungi kehidupan dengan segala serba-serbinya.
Kedua, Al-Qur'an membekali seseorang dengan tasawwur, konsepsi serta
nilai-nilai yang dijamin kebenarannya, sehingga ia mampu menilai dan menimbang
segala sesuatu secara jelas dan benar. Orang-orang yang memahami Al-Qur'an, pasti tahu bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara. Dengan demikian dia akan
menyikapi dunia ini dengan cara yang wajar sesuai dengan kehendak penciptanya.
Ketiga, Al-Qur'an menjawab berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh
orang-orang kafir dan munafik atau musuh Islam lainnya, serta mematahkan logika
mereka yang rancu. Sehingga sikap "tsabat" yang tumbuh didasari kejelasan
dalil yang ada.Dalam kaitan ini Rasulullah SAW bersabda,
"Perumpamaan orang-orang Mu'min yang membaca Al-Qur'an bagaikan buah utrujah,
baunya harum dan rasanya juga ni'mat. Dan perumpamaan orang mu'min yang tidak
suka membaca Al-Qur'an bagaikan buah korma, rasanya manis tapi tidak berbau
harum." (H.R. Muttafaq 'alaih).
2. PROSES TARBIYYAH YANG BERTERUSAN
Tarbiyah (pendidikan, pembinaan) yang dijalankan secara konsisten dan
bertahap dengan sasaran dan tujuan yang jelas merupakan faktor asasi bagi
terwujudnya "tsabat", dengan tarbiyah yang berterusan ("istimrar") seseorang
akan belajar dan terbiasa memikul beban-beban da'wah. Dengan adanya sasaran-sasaran
dan tujuan ("ghayah") yang jelas, seseorang akan memahami sudah sejauh mana dia
berjalan bersama Islam.
Keimanan yang mendalam, pemahaman Islam yang "syamil" (utuh) serta akhlaq yang tinggi yang didukung dengan semangat jihad yang tinggi, yang kesemuannya itu merupakan penggerak "tsabat", tidak mungkin terwujud tanpa pola tarbiyyah dan da'wah yang berterusan.
3. MEMAHAMI WATAK JALAN DA'WAH DAN PERJUANGAN
Jalan da'wah bukan hanya penuh onak dan duri, akan tetapi lebih dari itu,di atas jalan da'wah ada ranjau, ada ujian dan ada bom waktu. Ada mata-mata yang mengintai dan seribu satu macam penghalang. Jalan da'wah juga bukan jalan yang dapat diukur dengan umur seseorang atau satu generasi. Panjang jalan da'wah sepanjang jalan kehidupan manusia di muka bumi ini.
Orang yang tidak memahami watak jalan da'wah dengan segala rintangan,ujian dan tantangannya akan mudah terkejut ketika dihadapkan pada tantangan atau mengalami "futur" (kelesuan) ketika
berhadapan dengan ujian. Firman AllahTa'ala:
"Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan dari
(jenis) manusia dan dari (jenis) jin." (Q.S. Al An'am:112)
4. ILTIZAM DENGAN SYARIAT ALLAH SWT DAN AMALAN YANG SOLAH
Allah Ta'ala berfirman:
"Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan tguh itu (kalimat
thayyibah) dalam kehidupan dunia dan di akhirat." (Q.S. Ibrahim:27)
Orang yang malas melakukan amalan yang solah dan suka hidup dalam keadaan senang-lenang
akan sukar mempertahankan keteguhan hati ketika menghadapi gelombang fitnah .Sebaliknya, orang yang rajin dan iltizam dengan syari'at Allah akan memiliki keteguhan dan
ketegaran dalam menghadapi fitnah. Oleh karena itu Rasulullah SAW dalam hidupnya senatiasa menjaga amal sholeh, dan amal yang paling beliau sukai adalah yang dilakukan secara berterusan walaupun sedikit. Para sahabatnya pun jika melakukan pekerjaan, mereka menjaganya agar berjalan secara berterusan. Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Barangsiapa yang memelihara shalat 12 rakaat (sunah rawatib) ia dijamin masuk
surga." (Sunan At-Tirmidzi)
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman:
"Hamba-Ku akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah
nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya." (H.R. Bukhari )
5. MENGHAYATI PERJALANAN HIDUP RASULULLAH SAW, PARA SAHABAT DAN TABIEN
Teramat banyak pelajaran yang dapat membantu menumbuhkan "tsabat" yang
dapat digali dari sejarah perjuangan hidup orang-orang sholeh yang telah
kembali kepangkuan-Nya, mulai dari para nabi terutama Nabi Muhammad SAW, para
sahabat Rasulullah SAW, para tabi'in dan sebagainya. Al-Qur'an sendiri
menyebutkan banyak contoh ketegaran para utusan-Nya dalam menyebarkan
risalah-Nya, dan Allah menegaskan di dalamnya:
"Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah setiap rasul agar dengannya Kami
teguhkan hatimu, dan dalam surat itu telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Q.S. Hud:120)
Di dalam Al-Qur'an digambarkan bagaimana para utusan Allah diburu,disiksa atau dibunuh oleh para penentangnya, namun demikian mereka tetap teguh dengan keimanannya.
Rasulullah SAW sendiri mendapatkan perlakuan yang tidak berbeda dengan yang diterima oleh para pendahulunya, juga para sahabat.Menyadari bahwa nenek moyang kita -
Rasulullah SAW dan para sahabatnya merupakan umat yang besar, adalah kekayaan kita.
Mengkaji dan menghayati setiap langkah gerakan generasi sahabat merupakan asset kebangkitan umat Islam.Membuka kembali
lembaran-lembaran jihad dan perjuangan mereka dalam membangun Islam adalah modal perjuangan umat Islam yang tiada ternilai harganya.
(Bersambung)
|